Kamis, 29 September 2016

Cerpen



POHON JATI
Karya: Adinda Tyas Lumintang  
Aku kembali memandangi pohon jati itu. Aku masih heran dengan pemandangan ini. Aku terus memandanginya di teras rumah. Di sekitar rumahku banyak pohon jati.
“Kak Fia!” panggilku dari luar kamarnya.
“Masuk aja. Pintunya gak dikunci,” kata Kak Fia dari dalam kamar.
Ku buka pintu kamar Kak Fia, “Kak Fia, aku mau tanya,”
Kak Fia menoleh, “Tanya apa?”
“Pohon jati itu,” tunjukku keluar.
“Cari aja dulu di buku. Aku lagi sibuk,” ujarnya masih menatap bukunya.
Aku melihat rak buku yng ada di kamar Kak Fia. Aku memcari-cari bukunya. Ada enam buku yang terkait. Huft,aku harus membaca sebanyak ini.
Berjam-jam aku membaca buku itu. Tapi, belumku temukan jawaban dari pertanyaanku. Ini buku kelima. Semoga saja ada di dalam buku ini.
Ternyata tidak ada. Pasti ada di buku keenam. Tapi, aku terlalu malas untuk membaca lagi. Lagi pula, ini sudah sore.
Aku bergegas ke kamarku dan mengambil handuk berwarana biru langit. Setelah itu akupun bergegas mandi. Setelah mandi aku kembali ke kamar Kak Fia. Sepertinya Kak Fia ada di luar. Huft, aku terlalu malas untuk membaca.
“Ada apa, Li?” tanya Kak Fia yang tiba-tiba muncul.
“Ah, bikin kaget saja.” Jawabku mengelus dada.
“Masih baca-baca ya?” tanyanya setengah mengejek.
 Aku hanya melihat kakakku dengan jengkel, “Au ah gelap!” ujarku ketus.
“Ya…ya…ya. Mau tanya apa, adikku sayang?” tanya kakakku sembari duduk di sampingku.
“Pohon jati yang di luar itu.” tunjukku keluar.
“Masih sama pertanyaannya?” tanyanya. Aku hanya mengangguk.
“Dimusim kemarau seperti ini pohon jati menggugurkan daunnya untuk mengurangi penguapan, yang di sebut meranggas,”
“Ehmm.. gitu,” jawabku sambil mangut-manggut.
Beberapa bulan kemudian…….
Kenapa daun jati masih meranggas ya? Inikan musim hujan, gumamku. Gejala alam apalagi ini? Aku berlari ke kamar kakakku.
“Kak Fi… kok kamarnya kosong? Astaga, aku lupa!” jeritku, Kak Fia sedang Study Tour ke Bandung, “Huft.. aku harus menunggu seminggu lagi,”
Aku keluar dari kamar kakakku, mencari mamaku. Saat aku sedang mencari mama terdengar teriakan dari teras depan.
“Aaaaaaaaa…..” teriak seseorang dari teras luar rumah.
“Seperti suara mama,” pikirku, “mama!” teriakku seketika.
Aku berlari keluar menghampiri mama. Tak lupa aku membawa sapu untuk jaga-jaga.
“Mana orang jahatnya, ma?” tanyaku sembari menyodorkan sapu.
“Kamu ini ngapain? Lebih baik kamu sapu ulat pohon jati ini!” perintah mama.
“Mama aja, aku takut,” ujarku sambil menyodorkan sapu.
“Ya sudah, “ mana mengambil sapu dari tanganku. Akhirnya ulatnya sudah pergi.
“Ulat apa itu, ma?” tanyaku.
“Ulat pohon jati,” jawab mama singkat. Lega, akhirnya pertanyaan kecilku terjawab sudah.